Senin, 31 Mei 2010

khutbah jumat

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan kelembutan kelembutan kalbu kepada kita, sehingga kita memilih tempat ini, dimesjid ini kita duduk bersimpuh menghadapan Allah swt.
Kita dapat amati bahwa dampak dari era reformasi yang dipelopori mahasiswa sudah mulai nampak. Ada yang merasa puas ada yang belum puas dan ada yang tidak puas. Apapun hasilnya patut kita syukuri karena telah banyak yang berubah kearah perbaikan. Penataan pemerintah sudah dimulai, jabatan menteri sudah mulai disebut-sebut. Itulah upaya-upaya pasca gerakan reformasi.
Pertanyaan mendasar yang perlu kita ajukan adalah, “ apa kontribusi kita setelah itu ? sampai dimana partisipasi kita sebagai lembaga atau secara pribadi dalam membangun Negara yang telah terpuruk itu? Bukan apa bagian kita.”
Sekiranya kita ingin lebih berpartisipasi, mari kita mulai dengan membangun diri kita masing-masing. Masri kita tunaikan kewajiban kita masing-masing sesuai fungsi kita. Membangun diri mengandung banyak makna. Hadirnya kita dimesjid seperti sekarang ini dapat merupakan partisipasi aktif dalam membina diri dan juga keluarga dan bahkan lingkungan hidup kita. InsyaAllah selesainya shalat jum’at ada sesuatu yang dapat kita cernakan untuk pembinaan diri kita.
Sekiranya kita mau mengadakan refleksi, sungguh duduknya kita dimasjid ini dapat merasakn nikmatnya berdialog dengan Allah swt.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Dalam kesempatan sekarang ini, mari kita semua mengadakan refleksi dan telaah lingkungan kita. Kita sungguh merasakn nikmatnya duduk berjamaah yang menyebabkan kalbu kita terpaut selalu kepada Allah swt. Bahkan kata ulama “sekiranya kita menghendaki agar ruh kita tetap bersujud kepada Allah, padahal kita tidur, berwudlulah sebelum tidur.” Sekarang ini kita mampu bersilaturahmi dengan sesame ikhwatun iman. Bukankah dihari hari biasa kita selalu sibuk dan sibuk. Tanpa terasa kesibukan itu telah mengubah siklus kehidupan kita yang menuntut gerak cepat.
Mari kita layangkan kembali pandangan kita kerumah kita masing-masing. Mungkin semntara orang akan mampu merefleksikan dirinya sebagai berikut. Sejak subuh telepon sudah mulai bordering, padahal dimasa-masa lalu, disaat sebelum ada telepon, disaat segalannya serba tertibdan teratur, keramaian hidup diawali dengan berbagai pengalaman ruhaniah yang memperkaya khazanah ruhaniah. Anak kecil,remaja, dan juga orang dewasa, tidak akan keluar rumah sebelum mengisi diri dengan tilawatul quran.
Di belahan dunia sana, ada pula kehidupan yang suram dan buram. Tidak terlihat dinamika kesibukan, tidak Nampak keramaian dan kehiruk pikukan menata dunia, yang terlihat lebih banyak diam ditempat, tanpa kesibukan ( karena tidak ada yang dapat mereka kerjakan). Tidak ada makanan untuk dilahap bersama anggota keluarga. Tidak Nampak gairah hidup karena trpokus pada upaya pemenuhan pangan dan papan.
Mari kita kembali kedunia kita yang padat kesibukan. Mari kita melihat jauh kedalam rumah kita. Dewasa ini rumah kita lebih sering terdengar suara cassette recorder atau televise, dari pada suara anggota keluarga yang yang langsung membaca alquran. Dulu dulu, seluruh jasad dan kalbu tidak pernah lupa dari bacaan alquran. Anak umur 6 tahun sudah mampu membaca al quran dengan fasih, telah hafal juz amma, dan bahkan hafal beberapa surat panjang dari alquran.
Dulu, menjalang subuh, rumah-rumah sudah ramai dengan tilawatul quran, melaksanakan himbauan Rasulullah SAW ; “NAWWIRU BUYUTAKUMBIQIRAATIL QUR’AN” sinarilah rumah kalian dengan membaca alquran.
Ajaran rasul tersebut terus hidup dikala itu. Dari rumah seperti itu lahir manusia-manusia yang memiliki tujuh sikap hidup, sebagaimana dilukiskan dalm hadits qudsi.
1. Allah memerintahkan kepadaku agar cinta pada orang miskin, hidup ramah dengan mereka
2. Rabb-ku memerintahkan agar aku selalu tunduk kebawah
3. Rabb-ku menyuruhku agar aku kokoh bersilaturahmi
4. Rabb-ku menyuruhku untuk tidak meminta-minta kepada manusia, karena penuh keyakinan segalanya ada pada Allah
5. Rabb-ku menyuruhku untuk tidak berdusta dan menyebarkan berita dusta, membalik-balikan ketidak benaran
6. Rabb-ku menyuruhku untuk tidak pernah gentar menghadapi omelan orang disaat membela ketetapan Allah
7. Rabb-ku menyuruhku untuk memperbanyak ucapan”tiada daya dan tiada upaya kecuali karena Allah
Betapa halusnya budi manusia yang ditempa dengan aqidah yang kokoh, sehingga memiliki ketujuh sikap hidup Mu’min. kedekatan kepada Allah menuntut kedekatan kepada manusia. Bekerja keras dan sungguh-sungguh merupakan tuntutan hidup seorang mu’min.
Kedekatan kepada Allah menurut kedekatan kepda sesame manusia. Bekerja keras dan sungguh – sungguh merupakan tuntutan hidup seorang Mu’min. Allah swt. tidak senang kepada orang yang tuna kerja.
Yang selama ini kita amati, justru sikap agresif sangat menonjol, padahal Islam mengajarkan berhalus budi. Mengapa itu terjadi? Tidak lulus ujian, maka sekolah yang di rusak. Di mana adanya akhlak karimah itu. Kasus Bank tak kunjung selesai, malah merembet ke berbagai bentuk KKN. Di mana salahnya ?
Apa yang salah dalam pendidikan selama ini ?
“ Inna abghadha al khalqi illallaahi asshahihu alfarighu “

Orang yang dimurkai Allah ialah orang sehat tapi tuna kerja.

Ibrahim an-Nakha-i mengatakan bahwa “Runtuhnya suatu kaum di masa lalu karena mereka sendiri.” Ia berkata :
“ Hanya saja musnahlah orang-orang binasa sebelum kalian karena tiga hal, terlalu
banyak ngomong, terlalu banyak makan dan terlalu banyak tidur. “

Terlalu banyak ngomong, di masa lalu merupakan indikator manusia-manusia yang dibinasakan Allah swt. menghujat orang, menyebar gossip, menyalahkan orang,menuduh yang bukan-bukan, bukan karakter dan sikap hidup Mu’min.
Berlebih-lebihan makan merupakan sikap rakus dan tamak. Pandangannya selalu diarahkan kepada pencapaian harta orang.
Demikian pula berlebih-lebihan tidur, menunjukan kemalasan dan ketak berdayaan. Islam mengajarkan kepada kita untuk selalu gesit, dan tidak bermalas-malasan.
Dalam surat Al-Insyirah ayat 7-8 dijelaskan yang artinya
“ Maka bilamana kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Rabb-mulah hendaknya kamu berharap.”

Sekiranya sikap hidup selaku Mu’min telah menjadi sikap hidup kita. Insya Allah rahmat Allah akan selalu terlimpah kepada kita semua.

Semoga kita termasuk Budala ummuti Muhammadin

(reserve umat Muhammad pilihan) yang dijamin hidup bahagia kelak di yaumil akhir. Akan tetapi Rarulullah saw. mengingatkan kita denagn sabdanya:


Reserve umatku tidak akan masuk surga karena shaum dan shalat malam mereka.
Akan tetapi akan masuk surge karena kesucian dan kedamaian qalbu, kedermawanan qalbu dan member nasihat pada sesama Muslim.

Mari kita semua belajar berniat jernih, berpikiran jernih, beremosi jernih, yang di wujudkan perbuatan dan bekerja dengan penuh keikhlasan. Mari kita isi hati-hati kita dengan semangat yang tinggi dalam belajar dan bekerja.
Mari kita sambut hari-hari cemerlang yang akan dilimpahkan Allah kepada kita dengan rasa syukur, dan penuh keikhlasan.
Upaya-upaya para mahasiswa dan generasi muda yang telah melakukan berbagai upaya reformasi, dapat pula diwujudkan dalam diri kita, lingkungan kita, kampong halaman kita dan negara kita.
Semoga Allah melimpahkan hidayah, inayah dan taufiq-Nya kepada kita semua. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar